Cerpen SAHABAT DARI SURGA

Genre : Hurt/Comfort
Cast : Felly & Christy


*Selamat Membaca! *


- - - - - - - - - - - -


Kalau aku mendengar nama Felly, aku punya banyak alasan untuk melabelinya sebagai orang buruk. Aku sendiri tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya, hanya saja dia sangat menyebalkan.
Tapi, biarpun begitu kami selalu bersama-sama, tidak bisa berjauhan, seolah ada magnet yang membuatku ingin sekali bersamanya. Dan, sekarang aku merasa sangat menyesal.

Kini, aku menghadiri pemakaman Felly. Tidak ada canda tawa yang biasa terdengar di pagi ini. Suasana mengharu biru sunggu membuat hatiku tak enak. Dia sudah menjadi sahabatku untuk waktu cukup lama. Dan, aku merasa, setelah apa yang terjadi pada Felly hari ini, aku akan memaafkan semu kesalahannya.
Rentang waktu tahunan bukanlah sekadar kejadian singkat. Selama itu kami selalu bersama. Kemanapun, kapanpun dan dimanapun. Tapi yang jadi masalahnya, Felly tidak terbuka. Dia seakan selalu menutupi apapun dariku. Aku jadi merasa orang asing bila didekatnya.

Aku tak sanggup. Membayangkan Felly terbaring ditempat gelap dan pengap itu seorang diri. Tidak ada cahaya matahari yang biasa menerangi harinya. Tidak ada teman. Pasti disana dia kesepian.

Aku merindukannya. Suara cemprengnya itu.

Saat ini aku duduk di taman. Aku kemari bukan untuk melepas kepenatan. Tapi karena ada yang ingin bertemu denganku, ditempat ini.

"Christy!" seorang pria sedikit berlari menghampiriku. Tangannya menjinjing sebuah buku. Aku tak tau apa itu.

"Kau mau apa, Morgan?"

Morgan menyerahkan buku itu. "Felly menitipkannya padaku. Dia bilang, ini untukmu."

"Oh." aku mengambilnya. Penasaran dengan isi buku yang bergambar hello kitty yang besar.
"Aku sudah mendengar dari Felly kalau kau menyukaiku?"

Ku buka halaman pertama dan seterusnya. Air mataku kembali menetes.

Rahasia Felly semua terungkap disini.

"Aku mengerti, tapi kau harus tau kalau aku-" dan perkataan Morgan membuatku tak percaya.

17 Maret

o . O . o . O . o . O . o . O . o . O
Waktu itu aku menjadi siswa Arts School. Dan orang yang pertama ku kenal adalah Felly. Hebat. Dia orang pertama yang mengomentari penampilanku. Bukan malah pujian, aku malah dihina habis-habisan.

Kebetulan hari ini registrasi pertama yang harus ku lakukan sebelum resmi jadi siswa disini. Aku menggunakan seragam putih dengan rok biru diatas lutut. Kau tau kan, aku sekolah di Jepang, wajar saja rok nya sangat jauh berbeda dengan disini.

"Kau Christy ya?" itu kalimat pertama yang terlontar dari bibirnya. "Kenapa kau memakai seragam begitu? sama sekali tidak sopan. Sebagai calon siswa disini kau harus menjaga etika."

"Apa yang kau mau, bocah!"

"Namaku bukan bocah, tepatnya Felly." sanggahnya. "Kau begitu terlihat seperti kupu-kupu malam, rok pendek, baju digulung, dan sepatu merahmu itu sangat tidak baik untuk dilihat."

"Ini yang biasa ku pakai waktu SMP, kalau mau berkomentar, mending kau bilang sama pihak sekolahnya."
"Tidak. tidak. bukan begitu. seharusnya kau bisa membedakan antara Jepang dan Indonesia. Lihat, kakimu itu cukup besar seperti badut, terutama bagian paha!"

Apa-apaan dia. Beraninya berkata sefrontal itu.

"Sama sekali jelek."

Aku benci mendengarnya. Ku berikan lirikan tajamku padanya, yang ada itu hanya membuatnya cekikikan. Sebelah alisku naik ke atas.
Semenjak itu, semalaman aku menatap diriku dicermin. Apa benar aku seperti yang dikatakan Felly. Ah! sepertinya dia iri. Tapi bagaimana kalau nanti teman baruku berkomentar yang sama? hancurlah martabatku.

Aku benar-benar mengikuti ucapannya.

Keesokannya saat aku harus melakukan registrasi kedua, tidak ada lagi rok pendek diatas lutut, seragam putih dengan lengan sedikit dilipat juga sepatu merah mencolok.
Aku merubah total penampilanku. Rok panjang diatas mata kaki, dengan baju putih sedikit kebesaran yang kemarin ku pinjam dengan tetanggaku. Ini cukup membuatku seperti orang culun. Dan itu membuatnya mengangkat dua jempolnya.

"Nah, begitukan lebih baik. Kau seperti princess-princess yang ada di disney."

Aku hanya memutar bola mataku.

"Kau masuk kelas apa?"

"10-A, kau sendiri?" kataku sedikit malas.

Dia berteriak bukan main. Melompat seperti anak kecil. "Kita sekelas!" pekiknya.
Hah? bagaimana bisa. Yang ku tau, bukannya Felly masuk kelas E? dan itu kulihat dijurnal saat aku kekantor. Tapi, kenapa malah kelas A.

"Kita duduk sebangku ya?" pintanya.

Aku kalah. Kepalaku mengangguk pelan. Setidaknya itu cukup menjadi jawaban.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O


Ada lagi.

Waktu itu, seminggu setelah melewati masa-masa MOS yang mengerikan. Aku akhirnya bisa belajar. Menerima ilmu-ilmu yang diberikan oleh tiap-tiap guru.

Pernah, ketika kelasku mendapatkan sebuah tugas rumah. Aku baru ingat kalau aku meninggalkannya dimeja belajar. Aku lupa memasukannya kedalam tas. Argh, ini gara-gara keasyikan twitter dan facebookan sampai larut.

Pak Rusdi selaku guru matematika terus memanggil nama-nama siswa dikelas ini melalui absen ditangannya. A..B.. sebentar lagi C. Matilah. Guru itu terkenal garang, aku ingat, salah satu temanku Anisa pernah dihukum keliling lapangan hanya gara-gar bicara dikelas. Mengerikan.
"Christy Walker!" nyawaku seakan dicabut detik itu juga. Keringat dingin mulai bertetesan dari keningku. Wajahku memucat sepertinya aku akan dihukum. Aku tau semua teman-temanku melirik kearahku secara diam-diam.

Aku panik. Detak jantungku bekerja ekstra.

"Christy Walker! mana tugasmu! Kau tidak mengerjakannya ya?"

"Ku kerjakan, Pak. sebentar." tas ku kembali ku geledah, mencari satu buku, hanya satu saja. Seandainya, seandainya saja ada keajaiban.
Kriiet.

Pintu bergeser saat ada yang membukanya. Ternyata Felly. Dia terlambat? tidak biasanya. Apalagi dengan rambut yang sedikit err.. berantakan.

Iris mataku mengikuti langkah Felly yang mendekati meja guru.

BRAK!

Semua melonjak kaget. Murid perempuan nyaris berteriak melihat Pak Rusdi memukul meja. Bahkan jantungku seakan melompat keluar dari tempatnya.

"Kau, kenapa terlambat!"

"Macet pak, abis itu aku terpaksa lari deh sampai kesekolah."
"Bapak percaya. Mana tugasmu!"

Aku menelan ludah.

"Ini, yang ini milikku dan ini milik Christy, sepertinya buku Christy terbawa olehku kemarin." dia tertawa didepan guru killer itu.

"Kau boleh duduk."

Aku bernafas lega. Ternyata buku ku terbawa olehnya, syukurlah. Aku selamat.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O


Selain itu.
Aku mendapat tugas fisika. Rambutku nyaris rontok membaca sepuluh soal di buku tugasku. Dan, aku mengajak Felly untuk ke rumah Anisa. Yang ku tau, Anisa sangat gemar pelajaran ini.

Sayangnya, saat kami tiba dirumahnya Anisa pergi keluar kota. Terpaksa aku harus kembali lagi kerumah. Dan anehnya, Felly menatapku heran. Seolah ada yang aneh pada wajahku.

"Christy, punggungku pegal sekali, kita tukaran tas yuk."

"Nggak ah, makasih."
"Please, ku mohon, kali ini saja." aku tak kuasa melihat ekspresinya. "Ku traktir."

Aku mengalah. Tidak kuat melihatnya terus memelas seperti itu.

Ugh! ternyata tasnya sangat berat. Pantas saja dia minta tukar. Aahh. Bahuku terasa mau patah. Memang apa sih isinya. Kamus setebal 600 halaman! Gila!

Aku mengikuti Felly yang membawaku ke pusat kota. Kami mampir ke salah satu kedai makanan yang berada diantara toko emas dan sebuah gang.

Aku mulai memesan. Kesempatan ini tak akan pernah ku sia-siakan. Makanan yang berkualitas dipadu dengan minuman yang menyegarkan. Huh. Pasti nikmat.

"Kau tidak pesan?" tanyaku.

Felly menggeleng pelan. Tetap pada senyum lebarnya. "Aku tidak suka makanan ini dan itu, bisa membuatku diare, aku lebih suka masakan mamaku."

"Oh." kataku singkat. Saat pesananku tiba. Segera saja ku lahap. Benar-benar enak. Potongan dagingnya begitu lumer dimulut. Aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa.
Hanya butuh waktu lima belas menit aku menghabiskan makan siangku. Aku menoleh ke arah Felly yang tersenyum miris. Aku tak tau maksud dari senyumannya itu. Saat ku tanya dia hanya mengatakan "tenang, aku tidak apa-apa".


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O


Saat disekolah, tepatnya waktu istirahat, aku dan Felly selalu menghabiskan waktu di kantin. Kami memang selalu bersama-sama. Bahkan tak jarang teman-teman ku selalu menjuluki kami 'Si Kembar'.
Si kembar. Aku masih bingung. Apa yang mirip dari antara aku dengannya? Dari postur tubuh saja sudah berbeda, walaupun sedikit. Aku sedikit lebih langsing. Ah! atau mungkin aku dengannya sama-sama pendek.

Imajinasiku pecah saat mataku menangkap pangeran sekolah. Melihatnya melewati meja makanku, membuatku ingin sekali terus menatapnya. Dia benar-benar tampan.

"Christy, kau naksir Morgan?" Felly bertanya padaku.

"Yah, begitulah."

"Kenapa kau tidak mendekatinya? mengajaknya kenalan?"
"Terlalu cepat seribu tahun, Felly, lagipula dia sangat cuek, bahkan sapaanku waktu itu sama sekali tidak digubrisnya. Mengesalkan!"

Felly malah tertawa. Sahabat macam apa rela tertawa disaat aku terpuruk begini.

"Ini." Felly mendorong sebuah kertas kecil kehadapanku. "Ini email Morgan, aku dapatkan kemarin."

Aku terperangah. Masih tak percaya. Kenapa-dia-bisa?

"Bisa kau jelaskan bagaimna akau mendapatkan ini?" tanyaku selidik.

"RA-HA-SIA." ucapnya.
Ah. itu tak penting. yang penting aku sekarang berhasil mendapatkan emailnya.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O


Saat dirumah, aku mengambil handphoneku di laci meja. Segera saja ku otak atik mencoba mengirimi pesan ke email yang baru saja ku dapatkan.

Ting.

Oh. kau Christy? kau yang selalu bersama Felly itu. Ya. aku tau.

Ya ampun! Dia membalasnya. Lihatlah. Dia membalas pesanku. Oh-My-God. sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padaku.
Boleh aku mengenalmu lebih dekat?

Status : Send

Kudekap handphoneku. Ah! aku masih tak percaya kalau aku sedang berkirim pesan dengan Morgan. Orang yang kusuka.

Ting.

Tentu saja.

Wajahku memerah. Bibirku tak kuasa menyimpulkan senyum terus menerus. Saking senangnya aku sampai melompat diatas tempat tidur.

Err.. aku tau ini begitu cepat. Tapi aku harus mengatakannya. Aku menyukaimu.

1 menit.. 2 menit.. 3 menit.. belum ada balasan. Aku panik. cemas. Bagaimana kalau Morgan marah padaku dan keesokannya dia membenciku lalu menjauhiku? Aaaaahhhh! kau bodoh Christy! seharusnya kau tidak terburu-buru seperti ini.

Ting.

Maaf. Apa Felly tidak bilang padamu? aku sudah punya kekasih. Sekali lagi aku minta maaf.

Aku terpaku. Ponselku jatuh dari genggamanku. Rasanya aku ingin menangis. Bukan karena aku ditolak. Tapi, sahabatku berani membohongiku.
Aku benci Felly sejak saat ini.

Aku marah padanya. Tak kusangka, orang yang jadi sahabatku selama ini telah berbohong padaku. Tidak mengatakan kalau Morgan sudah punya kekasih. Itu membuatku malu saat melintas didepan Morgan. Aku sengaja menghindari Felly, mengabaikan sapaannya. Hingga semua itu berjalan dua bulan lamanya. Dan, Felly terlihat mulai menjauhiku.

Tapi suatu ketika, Morgan menghampiriku dikantin. Aku sendiri kaget melihatnya duduk dihadapanku.
"Christy, apa kau senggang?" wajah datarnya sangat sulit ditebak.

"Hah?"

"Temui aku di perempatan ujung jalan. Ada yang ingin ku katakan padamu." Morgan pergi setelah mengucapkan itu. Ku kira ini ada kaitannya dengan persoalanku dengan Felly atau mungkin ada hal lain.

Dugaanku salah besar.

Saat senja datang, nyatanya pria berkulit pucat itu tidak muncul juga. Yang ada hanya seorang wanita yang berjalan kearahku. Ia tersenyum lebar seperti biasanya. Aku muak sekali melihatnya.

"Christy, lama tak jumpa."

"Mana Morgan? kenapa malah kau yang datang?" tanyaku ketus. Dia hanya tersenyum.

"Maaf, sebenarnya aku yang menyuruhmu kemari."

Apa?

"Kau sudah membohongku dua kali lho.. pertama mengenai status Morgan dan kedua yang sekarang ini. Maumu apa sih Fel!"

"apa kau masih marah?"

"Masih?" kataku sarkastik. "Aku tidak marah! aku hanya membencimu. itu saja." tambahku kasar.

"Aku minta maaf, waktu itu aku lupa memberitahumu"
"Lupa kau bilang?" kali ini aku benar-benar kesal. "Maumu apa sih Fel, kenapa kau bersikap begitu baik dihadapan mereka, sedangkan aku? kau begitu menyebalkan! kau tau? saat Morgan bilang dia sudah punya pacar, aku malu Fel! Malu!" Felly hanya menjadi pendengarku. Mungkin dia takut, atau merasa bersalah.

"Maaf, aku tidak bisa terlalu lama bermusuhan denganmu, Christy, ku mohon maafkan ak-" ucapannya terhenti. Ia diam sejenak.
"Bodoh! aku tak peduli kau kesepian atau apalah. tapi ini mengenai harga diri." aku menunjuk diriku sendiri. "SAMPAI KAPANPUN AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!"

Aku melenggang pergi meninggalkannya yang masih terpaku. Kepalanya menunduk. Sepertinya dia menangis. Aku bisa melihat lututnya menyentuh bumi. Tapi aku tidak peduli akan hal itu.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O
Besoknya, sekolahku dihebohkan dengan kematian Felly. Langkahku begitu cepat menuruni tangga tangga yang membawaku kelantai dasar.

Aku menatap papan pengumuman.

Felly meninggal dengan kondisi mengenaskan. Sepuluh peluru bersarang di tubuhnya dan ada satu tepat dikepalanya.

Lututku lemas. Aku tak menyangka kalau kemarin adalah hari terakhirku melihatnya. Aku bodoh! Aku sahabat yang buruk! Felly. Maafkan aku.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O


Felly.


Aku memang baru memasuki dunianya sejak lama. Dia begitu unik dan lucu.. juga cantik. Mataku selalu mengekorinya kemanapun dia pergi.

Saat kulihat Christy menggunakan rok mini diatas lutut. Semua anak cowok disekolah ini langsung saja membicarakannya dan topiknya tak jauh dari masalah kaki.

Aku jengkel.
Aku tidak mau Christy menjadi bahan tontonan, apalagi bagi anak-anak mesum itu. Itulah sebabnya, aku sengaja menjelek-jelekkan penampilan Christy agar dia kapok. Aku tau dia marah. Apalagi saat kukatai dia seperti Kupu-kupu malam. Kasar, emang. Tapi mau gimana lagi, ini demi kebaikannya juga. Keesokannya, aku tak percaya. Dia merubah penampilannya sedikit lebih tertutup. Ak tak peduli dengan pakaiannya yang terlihat kebesaran. Karena aku suka.
Well, semuanya kembali semula.

Akhirnya tidak ada lagi yang ku dengar anak-anak itu membicarakan Christy. Malahan mereka beralih pada artis-artis yang gencar mengenakan pakaian minim. Aku merasa lega, karena Christy tidak jadi bahan pembicaraan mereka.

Lalu, adalagi.

Waktu itu aku berangkat sekolah sedikit terlambar. Sebenarnya ini pertama kalinya lho.. Saat aku ingin membuka pintu kelas aku mendengar suara Pak Rusdi memanggil Christy berulang kali.
"Christy Walker! mana tugasmu!"

Christy belum mengerjakan tugas? segera saja aku duduk dilantai mengeluarkan buku tugasku. Untung aku memiliki buku kosong. Langsung saja aku menyalin isianku (lagi) kedalam buku yang berbeda. Setelah selesai, sebelum masuk aku sedikit mengacak rambutku supaya guru itu tida curiga. Dan mengelap wajahku dengan air mineral yang ku bawa. Kemudian, dengan langkah pasti aku masuk kedalam. Tidak peduli dengan anak-anak menatapku aneh. Yang penting kami selamat.
Masih ada!

Waktu itu Christy mengajakku belajar dirumah Anisa. Tapi sayangnya Anisa tidak ada dirumah. Kamipun terpaksa putar balik. Saat itu aku merasa ada yang aneh dengan celana yang dikenakan Christy. Warna jeansnya biru laut. Tetapi ada warna lain yang terpampang dibelakangnya.

Sedetik saja melihat, aku langsung tau, bahwa itu adalah warna darah. Christy sedang PMS, kurasa haidnya tembus. Dan Christy tidak sadar akan hal itu.
Aku melihat sekeliling, kupastikan belum ada orang yang melihat. Lalu, aku memintanya untuk tukaran tas ranselku yang besar agar sesuatu itu bisa tertutupi.

Awalnya dia menolak. Apalagi tasku kan selalu berat. Haha. Yasudah, aku bilang kalau aku akan mentraktirnya. Dia setuju.
Kau tau, dua ratus ribuku habis untuk membelikannya steak dengan kadar rendah lemak. Aku tau, dia sedang menjalani diet agar postur tubuhnya yang menawan tetap terjaga. Padahal mau bagaimanapun dia tetap cantik. Dan disitu aku sengaja tidak memesan apapun. Itu karena tidak ada lagi uang dalam kantung celanaku. Padahal uang itu mau kugunakan untuk naik bus dan membeli persediaan dapur.

Well, sebenarnya begini.
Aku bukan tinggal di kota ini. Tepatnya, didaerah pedalaman yang jaraknya cukup jauh. Setelah aku mengantarnya pulang. Aku terpaksa pulang dengan modal jalan kaki. Lumayan jauh. Butuh waktu dua jam perjalanan untuk tiba dirumahku.

Itu saja.
Aku hanyalah gadis yang sederhana. ckck.

Dan, suatu hari, saat aku sedang mengamati anak-anak cowok main basket dilapangan, Morgan menghampiriku.

Aku terkejut. Soalnya ini kali pertama dia menghampiriku.
"Felly, boleh aku tanya sesuatu?"

"E-eh? apa?" ia menunjuk seorang gadis dengan telunjuknya. Gadis itu sedang membaca buku di depan kelas yang kebetulan ada kursi.

Namanya, Anisa.

"Kau tertarik padanya?"

"Sepertinya begitu. Boleh aku tau namanya?"

Reaksiku hanyalah menertawainya.

"Tidak lucu!"

"Boleh, asalkan kau mau memberiku alamat emailmu."

"Hah? untuk apa?" Morgan kaget bukan main. Aku tau, ia tak ingin privasynya diganggu. Tidak, kecuali aku. Haha.
"Kau mau atau tidak?" kali ini aku benar-benar mengerjainya. Dia mengangguk pasrah. "Namanya Anisa. Oh ya, kalau ada yang mengirimimu pesan, tolong dibalas ya, please, dia temanku Christy."

Dia hanya menggumam. Aku merasa senang.

Sejak saat itu, email yang baru kudapatkan langsung kuberikan pada Christy. Dia terlihat senang sekali. Apalagi, ini kali pertamanya Christy berhubungan langsung dengan orang yang dia cintai.
Felly, aku mengatakannya. Bagaimana ini, bagaimana? aku panik.

Aku tersenyum membaca pesan singkat darinya. Baru saja aku ingin membalas pesannya sebuah pesan lain masuk ke ponselku.

Morgan.

Aku baru saja jadian dengan Anisa. Ini luar biasa. Sepertinya aku harus mentraktirmu lain kali. Ah! dan untuk temanmu, maaf, aku tidak bisa menerimanya. Kenapa kau tidak bilang kalau aku menyukai Anisa.
Aku membatu sesaat. Segera saja ku kirim pesan pada Christy. Tapi belum ada balasan. Ku kirim lagi. Tidak dibalas. Begitu seterusnya. Entah sudah berapa kali pesan yang kukirim untuknya.

Rasa bersalah mulai menyelimuti perasaanku. Christy terlihat menjauhiku, bahkan saat dikelas dia meminta pada Pak Rusdi untuk pindah tempat duduk. Aku sedih mendengarnya. Aku ingin semuanya seperti dulu. Selama dua bulan tidak ada komunikasi dengannya, aku tak betah.
Karena itu aku meminta Morgan agar menyuruh Christy langsung menemuiku.

Ini pertama kalinya kami bertemu. Lagi-lagi, dia memasang muka seperti itu. Seolah-olah aku adalah barang yang menjijikkan.

"Maaf, aku tidak bisa terlalu lama bermusuhan denganmu, Christy, ku mohon maafkan ak-" perkataanku terhenti saat sebuah benda bersarang di punggungku.

JLEB.

aku tak tau itu apa. Tapi rasanya cukup menyakitkan. Aku sengaja menundukkan kepalaku, menghindari tatapannya.
"... SAMPAI KAPANPUN AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!"

aku bersyukur akhirnya Christy pergi. Saat itu pula aku tersungkur ke tanah. Aliran darah mulai merembes keluar membasahi seragamku. Samar-samar kulihat beberapa pria berpakaian hitam mendekatiku. Mereka mengambil tas dan handphone yang sedari tadi ku genggam.

Aku masih sempat menoleh, melihat jalan yang dilalui Christy. Berharap, semoga penjahat ini tidak segera menemukannya. Berharap, Christy sudah berjalan jauh.
Aku ingin berteriak. Tapi semua tak bisa kulakukan. Penjahat itu memegang senjata. Dengan cekatan mereka mengarahkan semua peluru pistol itu ke tubuhku. Dan terakhir tepat dikepalaku.

Aku tak menyangka kalau ini jadi akhir hidupku. Aku belum bisa melihat Morgan bahagia dan belum baikan dengan Christy. Padahal aku ingin mengajaknya jalan-jalan karena aku baru saja gajian.

Semuanya menjadi gelap.
Aku sedikit mendengar puluhan orang berteriak mendekatiku. Bahkan aku masih bisa merasakan kalau aku diangkat dari tanah. Semuanya terasa begitu cepat.

Aku bukanlah sahabat baik untukmu, Christy. Tapi setidaknya aku selalu bisa membuatmu merasa aman.


o . O . o . O . o . O . o . O . o . O

Christy Pov

"Maaf soal itu, aku sudah jadian dengan Anisa."

Aku menangis lagi. Meraung sekuat-kuatnya. Aku bodoh! tak menyadari apa yang sudah Felly lakukan untukku.
Bahkan aku sudah merepotkannya. Seharusnya. Seharusnya aku masih disana. Membawanya kembali pulang bersamaku. Aku sahabat yang payah.

Angin berhembus menerbangkan helaian rambutku. Secara bersamaan halaman berikutnya kembali terbuka.
  
Disana ada foto mereka berdua sedang tersenyum. Di samping foto itu ada tulisan.

Sahabat selamanya. Christy Felly. Sikembar. Twister Twins


- T.A.M.A.T -


Aaaaaahhhhh! berakhir sudah semua cerita ku. Terima kasih banyak pada kalian semua yang mau membaca cerpen ini. Kirim Kritik & Saran ke @ChristyersIndo. Hehe. Okey. See you next time!

0 komentar:

Posting Komentar